Bagaimana Prosedur Evaluasi Prototyping

bagaimana prosedur evaluasi prototyping – Evaluasi prototyping adalah bagian penting dari proses pengembangan produk. Prototyping memungkinkan pengembang untuk menguji produk sebelum diperkenalkan ke pasar. Evaluasi prototyping memastikan bahwa produk yang dibuat sesuai dengan persyaratan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis. Evaluasi prototyping terdiri dari beberapa tahap, dan setiap tahap memiliki prosedur yang berbeda. Dalam artikel ini, kita akan membahas prosedur evaluasi prototyping dari awal hingga akhir.

Tahap Pertama: Identifikasi Kebutuhan

Tahap pertama dalam prosedur evaluasi prototyping adalah mengidentifikasi kebutuhan pengguna. Identifikasi kebutuhan pengguna melibatkan melakukan penelitian pasar, mengumpulkan data tentang pengguna potensial, serta menentukan kebutuhan pengguna yang belum terpenuhi. Hal ini memungkinkan pengembang untuk memahami pengguna dan membangun prototipe yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tahap Kedua: Membuat Prototipe

Setelah kebutuhan pengguna diidentifikasi, tahap berikutnya adalah membuat prototipe. Prototipe adalah model awal produk yang digunakan untuk menguji fungsi dan fitur produk. Prototipe dapat dibuat dengan berbagai cara, seperti mencetak 3D, membuat mock-up, atau menggunakan perangkat lunak desain. Penting untuk mencatat bahwa tujuan prototyping adalah untuk menguji produk, bukan untuk membuat produk akhir.

Tahap Ketiga: Evaluasi Awal

Tahap ketiga dalam prosedur evaluasi prototyping adalah evaluasi awal. Evaluasi awal melibatkan pengujian prototipe oleh pengembang dan pengguna potensial. Pengujian prototipe dilakukan untuk memastikan bahwa prototipe berfungsi dengan baik dan memenuhi persyaratan pengguna. Pengujian oleh pengguna potensial memungkinkan pengembang untuk mendapatkan umpan balik pengguna dan memperbaiki prototipe sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tahap Keempat: Pengembangan Prototipe

Setelah evaluasi awal, tahap berikutnya adalah pengembangan prototipe. Pengembangan prototipe melibatkan perbaikan prototipe berdasarkan umpan balik yang diterima selama evaluasi awal. Pengembangan prototipe dapat melibatkan perbaikan pada desain, fungsi, fitur, atau kinerja produk. Tujuan dari pengembangan prototipe adalah untuk membuat produk yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Tahap Kelima: Evaluasi Lanjutan

Setelah pengembangan prototipe, tahap berikutnya adalah evaluasi lanjutan. Evaluasi lanjutan melibatkan pengujian prototipe oleh pengguna potensial yang lebih besar. Pengujian ini memungkinkan pengembang untuk memperoleh umpan balik lebih banyak dan lebih terperinci dari pengguna. Evaluasi lanjutan juga memungkinkan pengembang untuk mengetahui bagaimana produk akan diterima oleh pasar.

Tahap Keenam: Perbaikan Produk

Setelah evaluasi lanjutan, tahap terakhir dalam prosedur evaluasi prototyping adalah perbaikan produk. Perbaikan produk melibatkan perbaikan pada prototipe berdasarkan umpan balik yang diterima selama evaluasi lanjutan. Perbaikan dapat melibatkan perubahan pada desain, fungsi, fitur, atau kinerja produk. Tujuan dari perbaikan produk adalah untuk membuat produk yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Kesimpulan

Evaluasi prototyping adalah bagian penting dari proses pengembangan produk. Evaluasi prototyping memungkinkan pengembang untuk menguji produk sebelum diperkenalkan ke pasar dan memastikan bahwa produk yang dibuat sesuai dengan persyaratan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis. Evaluasi prototyping terdiri dari beberapa tahap, dan setiap tahap memiliki prosedur yang berbeda. Tahap-tahap tersebut meliputi identifikasi kebutuhan, pembuatan prototipe, evaluasi awal, pengembangan prototipe, evaluasi lanjutan, dan perbaikan produk. Dengan mengikuti prosedur evaluasi prototyping yang tepat, pengembang dapat memastikan bahwa produk yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis.

Penjelasan: bagaimana prosedur evaluasi prototyping

1. Evaluasi prototyping adalah bagian penting dari proses pengembangan produk.

Evaluasi prototyping merupakan proses yang sangat penting dalam pengembangan produk. Evaluasi prototyping memungkinkan para pengembang untuk menguji produk sebelum diperkenalkan ke pasar, sehingga dapat memastikan bahwa produk yang dibuat sesuai dengan persyaratan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis.

Tahap pertama dalam prosedur evaluasi prototyping adalah mengidentifikasi kebutuhan pengguna. Identifikasi kebutuhan pengguna melibatkan melakukan penelitian pasar, mengumpulkan data tentang pengguna potensial, serta menentukan kebutuhan pengguna yang belum terpenuhi. Hal ini memungkinkan pengembang untuk memahami pengguna dan membangun prototipe yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tahap kedua dalam prosedur evaluasi prototyping adalah membuat prototipe. Prototipe merupakan model awal produk yang digunakan untuk menguji fungsi dan fitur produk. Prototipe dapat dibuat dengan berbagai cara, seperti mencetak 3D, membuat mock-up, atau menggunakan perangkat lunak desain. Penting untuk dicatat bahwa tujuan prototyping adalah untuk menguji produk, bukan untuk membuat produk akhir.

Tahap ketiga dalam prosedur evaluasi prototyping adalah evaluasi awal. Evaluasi awal melibatkan pengujian prototipe oleh pengembang dan pengguna potensial. Pengujian prototipe dilakukan untuk memastikan bahwa prototipe berfungsi dengan baik dan memenuhi persyaratan pengguna. Pengujian oleh pengguna potensial memungkinkan pengembang untuk mendapatkan umpan balik pengguna dan memperbaiki prototipe sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tahap keempat dalam prosedur evaluasi prototyping adalah pengembangan prototipe. Pengembangan prototipe melibatkan perbaikan prototipe berdasarkan umpan balik yang diterima selama evaluasi awal. Pengembangan prototipe dapat melibatkan perbaikan pada desain, fungsi, fitur, atau kinerja produk. Tujuan dari pengembangan prototipe adalah untuk membuat produk yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Tahap kelima dalam prosedur evaluasi prototyping adalah evaluasi lanjutan. Evaluasi lanjutan melibatkan pengujian prototipe oleh pengguna potensial yang lebih besar. Pengujian ini memungkinkan pengembang untuk memperoleh umpan balik yang lebih banyak dan lebih terperinci dari pengguna. Evaluasi lanjutan juga memungkinkan pengembang untuk mengetahui bagaimana produk akan diterima oleh pasar.

Tahap terakhir dalam prosedur evaluasi prototyping adalah perbaikan produk. Perbaikan produk melibatkan perbaikan pada prototipe berdasarkan umpan balik yang diterima selama evaluasi lanjutan. Perbaikan dapat melibatkan perubahan pada desain, fungsi, fitur, atau kinerja produk. Tujuan dari perbaikan produk adalah untuk membuat produk yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Secara keseluruhan, prosedur evaluasi prototyping terdiri dari enam tahap yang saling terkait dan penting untuk diikuti. Dengan mengikuti prosedur evaluasi prototyping yang tepat, pengembang dapat memastikan bahwa produk yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis.

2. Identifikasi kebutuhan pengguna adalah tahap pertama dalam prosedur evaluasi prototyping.

Identifikasi kebutuhan pengguna adalah tahap pertama dalam prosedur evaluasi prototyping. Pada tahap ini, pengembang harus melakukan penelitian pasar dan mengumpulkan data tentang pengguna potensial. Hal ini penting untuk memahami kebutuhan pengguna dan membangun prototipe yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, tahap ini juga melibatkan menentukan kebutuhan pengguna yang belum terpenuhi sehingga pengembang dapat membangun produk yang inovatif dan memenuhi kebutuhan pasar. Identifikasi kebutuhan pengguna adalah langkah kritis dalam pengembangan produk dan dapat membantu pengembang untuk membuat produk yang sukses. Tahap ini memastikan bahwa pengembang memahami pengguna dan membangun prototipe yang benar-benar memenuhi kebutuhan mereka. Dengan mengidentifikasi kebutuhan pengguna pada tahap awal, pengembang dapat menghemat waktu dan sumber daya di masa depan dengan membangun produk yang tepat pada awalnya.

3. Tahap kedua dalam prosedur evaluasi prototyping adalah membuat prototipe.

Tahap kedua dalam prosedur evaluasi prototyping adalah membuat prototipe. Tahap ini adalah tahap yang paling penting dalam proses evaluasi prototyping. Dalam tahap ini, pengembang menggunakan data yang telah diperoleh dari tahap identifikasi kebutuhan untuk membuat prototipe produk. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk membuat prototipe, termasuk mencetak 3D, membuat mock-up, atau menggunakan perangkat lunak desain.

Setelah membuat prototipe, pengembang melakukan pengujian internal untuk memastikan bahwa produk berfungsi dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengembang juga melakukan pengujian pengguna awal untuk mendapatkan umpan balik dan saran dari pengguna potensial.

Pada tahap ini, pengembang harus siap untuk melakukan perubahan pada prototipe jika diperlukan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa produk sesuai dengan kebutuhan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis. Setelah melakukan perubahan, pengembang akan melakukan pengujian ulang pada prototipe sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya dalam prosedur evaluasi prototyping.

Dalam tahap ini, pengembang harus memastikan bahwa prototipe yang dibuat tidak hanya berfungsi dengan baik, tetapi juga mencerminkan konsep produk yang tepat. Prototipe harus menunjukkan fitur-fitur inti produk, dan pengembang harus memastikan bahwa prototipe tersebut dapat dikembangkan menjadi produk yang lebih lengkap dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Tahap kedua dalam prosedur evaluasi prototyping sangat penting, karena hal ini menentukan apakah prototipe produk memenuhi persyaratan pengguna atau tidak.

4. Tahap ketiga dalam prosedur evaluasi prototyping adalah evaluasi awal.

Tahap ketiga dalam prosedur evaluasi prototyping adalah evaluasi awal. Setelah pengembang berhasil mengidentifikasi kebutuhan pengguna pada tahap pertama dan membuat prototipe pada tahap kedua, evaluasi awal dilakukan untuk memastikan prototipe berfungsi dengan baik dan memenuhi persyaratan pengguna. Evaluasi awal melibatkan pengujian prototipe oleh pengembang dan pengguna potensial.

Pengujian prototipe oleh pengembang dilakukan untuk memastikan bahwa prototipe sesuai dengan spesifikasi teknis, dan memiliki fungsi serta fitur yang diinginkan. Selain itu, pengujian oleh pengguna potensial dilakukan untuk memperoleh umpan balik pengguna. Umpan balik ini mampu memberikan gambaran tentang kelebihan dan kekurangan prototipe, serta memberikan pandangan tentang pengalaman pengguna dalam menggunakan produk tersebut. Evaluasi awal adalah proses penting dalam prosedur evaluasi prototyping karena memberikan pengembang gambaran tentang keberhasilan prototipe dan menentukan apakah prototipe perlu diperbaiki sebelum melakukan evaluasi lanjutan.

5. Tahap keempat dalam prosedur evaluasi prototyping adalah pengembangan prototipe.

Poin keempat dalam prosedur evaluasi prototyping adalah pengembangan prototipe. Setelah prototipe dibuat, tahap berikutnya adalah mengembangkan prototipe tersebut. Pengembangan prototipe dilakukan berdasarkan hasil evaluasi awal yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.

Pada tahap ini, pengembang memperbaiki prototipe berdasarkan umpan balik yang diterima selama evaluasi awal. Perbaikan dapat melibatkan perubahan pada desain, fungsi, fitur, atau kinerja produk. Tujuan dari pengembangan prototipe adalah membuat produk yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Proses pengembangan prototipe meliputi beberapa tahap. Pertama, pengembang harus memeriksa kembali kebutuhan pengguna untuk memastikan prototipe yang dibuat memenuhi persyaratan pengguna. Setelah itu, pengembang meninjau hasil evaluasi awal dan menentukan area mana yang membutuhkan perbaikan.

Setelah menentukan area yang perlu diperbaiki, pengembang mulai melakukan perbaikan pada prototipe. Perbaikan dapat melibatkan perubahan pada desain, fungsi, fitur, atau kinerja produk. Setelah perbaikan selesai, prototipe diuji kembali untuk memastikan bahwa perbaikan yang dilakukan berhasil dan memenuhi persyaratan pengguna.

Pengembangan prototipe adalah tahap yang penting dalam proses evaluasi prototyping karena memungkinkan pengembang untuk memperbaiki prototipe berdasarkan umpan balik pengguna dan memastikan bahwa produk yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dengan mengikuti prosedur pengembangan prototipe yang tepat, pengembang dapat membuat produk yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna.

6. Tahap kelima dalam prosedur evaluasi prototyping adalah evaluasi lanjutan.

Tahap kelima dalam prosedur evaluasi prototyping adalah evaluasi lanjutan. Setelah pengembang melakukan perbaikan pada prototipe, tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi lebih lanjut untuk memastikan bahwa prototipe yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Evaluasi lanjutan merupakan tahap penting dalam proses evaluasi prototyping, karena pengembang dapat memperoleh umpan balik yang lebih terperinci dari pengguna terkait produk yang dibuat.

Pada tahap ini, pengembang akan melakukan pengujian lebih lanjut pada prototipe, baik secara internal maupun eksternal. Evaluasi prototipe secara internal dilakukan oleh tim pengembang atau ahli di bidangnya. Sementara evaluasi prototipe secara eksternal dilakukan oleh pengguna potensial yang lebih besar. Pengujian prototipe oleh pengguna potensial yang lebih besar memungkinkan pengembang untuk mendapatkan umpan balik yang lebih banyak dan lebih terperinci.

Selama evaluasi lanjutan, pengembang akan mengumpulkan data dan informasi yang berguna untuk memperbaiki prototipe. Data dan informasi tersebut dapat berupa umpan balik pengguna terkait fitur produk, desain, atau kinerja produk. Pengembang akan menggunakan data dan informasi tersebut untuk melakukan perbaikan pada prototipe.

Setelah evaluasi lanjutan selesai dilakukan, pengembang akan melakukan perbaikan pada prototipe berdasarkan umpan balik yang diterima selama evaluasi. Perbaikan dapat melibatkan perubahan pada desain, fungsi, fitur, atau kinerja produk. Tujuan dari perbaikan produk adalah untuk membuat produk yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Dalam keseluruhan proses evaluasi prototyping, evaluasi lanjutan merupakan tahap yang sangat penting. Pengujian oleh pengguna potensial yang lebih besar memungkinkan pengembang untuk mendapatkan umpan balik yang lebih banyak dan lebih terperinci, yang dapat digunakan untuk memperbaiki prototipe dan membuat produk yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna.

7. Tahap terakhir dalam prosedur evaluasi prototyping adalah perbaikan produk.

Tahap terakhir dalam prosedur evaluasi prototyping adalah perbaikan produk. Setelah melakukan evaluasi lanjutan, pengembang akan memperbaiki produk berdasarkan umpan balik yang diterima selama proses evaluasi. Perbaikan produk dapat melibatkan perubahan pada desain, fungsi, fitur, atau kinerja produk. Tujuannya adalah untuk membuat produk yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Perbaikan produk sangat penting dalam prosedur evaluasi prototyping karena memungkinkan pengembang untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan dari prototipe sebelum produk diluncurkan ke pasar. Dengan memperbaiki produk, pengembang dapat memastikan bahwa produk yang dihasilkan lebih baik dari prototipe sebelumnya dan dapat memenuhi kebutuhan pengguna.

Untuk melakukan perbaikan produk, pengembang harus mengumpulkan data dan umpan balik dari evaluasi lanjutan. Data dan umpan balik ini akan membantu pengembang untuk menentukan area mana yang perlu diperbaiki. Pengembang dapat memperbaiki produk dengan menambahkan fitur baru, mengubah desain produk, meningkatkan kinerja produk, atau meningkatkan fungsionalitas produk.

Setelah melakukan perbaikan produk, pengembang harus melakukan evaluasi ulang untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis. Jika diperlukan, pengembang dapat melakukan perbaikan produk lagi hingga produk tersebut sepenuhnya memenuhi kebutuhan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis.

Dalam kesimpulannya, tahap perbaikan produk adalah tahap terakhir dalam prosedur evaluasi prototyping. Tahap ini sangat penting karena memungkinkan pengembang untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan dari prototipe sebelum produk diluncurkan ke pasar. Perbaikan produk dapat melibatkan perubahan pada desain, fungsi, fitur, atau kinerja produk. Setelah melakukan perbaikan produk, pengembang harus melakukan evaluasi ulang untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis.

8. Evaluasi prototyping memungkinkan pengembang untuk menguji produk sebelum diperkenalkan ke pasar.

Evaluasi prototyping memiliki tujuan untuk menguji produk sebelum diperkenalkan ke pasar. Dalam prosedur evaluasi prototyping, pengembang dapat membuat prototipe produk untuk menguji fungsi dan fitur produk. Evaluasi prototyping memungkinkan pengembang untuk mengetahui apakah produk yang dibuat sesuai dengan persyaratan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis. Dalam tahap evaluasi awal, pengujian dilakukan oleh pengembang dan pengguna potensial untuk memastikan bahwa prototipe berfungsi dengan baik dan memenuhi persyaratan pengguna. Setelah evaluasi awal, tahap pengembangan prototipe dilakukan untuk memperbaiki prototipe sesuai dengan kebutuhan pengguna. Evaluasi lanjutan juga dilakukan dengan pengujian prototipe oleh pengguna potensial yang lebih besar untuk memperoleh umpan balik lebih banyak dan lebih terperinci. Tahap terakhir dalam prosedur evaluasi prototyping adalah perbaikan produk, di mana pengembang memperbaiki prototipe berdasarkan umpan balik yang diterima selama evaluasi lanjutan. Dengan mengikuti prosedur evaluasi prototyping yang tepat, pengembang dapat memastikan bahwa produk yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis.

9. Evaluasi prototyping memastikan bahwa produk yang dibuat sesuai dengan persyaratan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis.

9. Evaluasi prototyping memastikan bahwa produk yang dibuat sesuai dengan persyaratan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis.

Evaluasi prototyping memastikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis. Tahap evaluasi prototyping memungkinkan pengembang untuk memperbaiki prototipe berdasarkan umpan balik yang diterima selama pengujian. Evaluasi prototyping juga memastikan bahwa produk yang dihasilkan memiliki fitur dan fungsi yang diinginkan oleh pengguna, serta memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan. Hal ini membantu perusahaan untuk mengurangi risiko kegagalan produk di pasar dan memaksimalkan keuntungan yang dihasilkan dari produk tersebut.

Selama proses evaluasi prototyping, pengembang melakukan pengujian produk secara terus-menerus, baik oleh pengembang sendiri maupun oleh pengguna potensial. Pengembang menggunakan hasil pengujian untuk memperbaiki produk dan membuatnya lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna dan tujuan bisnis. Dengan cara ini, pengembang dapat memastikan bahwa produk yang dihasilkan berkualitas tinggi dan memiliki daya tarik yang tinggi di pasar.

Evaluasi prototyping tidak hanya membantu pengembang untuk menguji produk sebelum diperkenalkan ke pasar, tetapi juga membantu mereka untuk mengurangi biaya dan waktu pengembangan. Dengan melakukan evaluasi prototyping yang tepat, pengembang dapat memperbaiki prototipe pada tahap awal pengembangan, sehingga menghindari kesalahan yang mahal dan mempercepat waktu peluncuran produk. Evaluasi prototyping juga membantu pengembang untuk memperkirakan biaya produksi dan memperkirakan permintaan pasar sebelum produk diluncurkan.

Secara keseluruhan, evaluasi prototyping adalah bagian penting dari proses pengembangan produk. Evaluasi prototyping memungkinkan pengembang untuk menguji produk sebelum diperkenalkan ke pasar, memastikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan tujuan bisnis, serta mengurangi biaya dan waktu pengembangan. Dengan melakukan evaluasi prototyping yang tepat, perusahaan dapat memaksimalkan keuntungan dan menghindari risiko kegagalan produk di pasar.

10. Setiap tahap dalam prosedur evaluasi prototyping memiliki prosedur yang berbeda dan penting untuk diikuti.

Evaluasi prototyping adalah suatu proses dalam pengembangan produk yang memiliki beberapa tahap. Tahap pertama dalam prosedur evaluasi prototyping adalah identifikasi kebutuhan pengguna. Identifikasi kebutuhan pengguna ini penting dilakukan untuk memahami kebutuhan pengguna dan membangun prototipe yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Tahap kedua dalam prosedur evaluasi prototyping adalah membuat prototipe. Pembuatan prototipe ini dilakukan untuk menguji fungsi dan fitur produk. Prototipe dapat dibuat dengan berbagai cara, seperti mencetak 3D, membuat mock-up, atau menggunakan perangkat lunak desain. Tahap ketiga dalam proses evaluasi prototyping adalah evaluasi awal. Tahap ini melibatkan pengujian prototipe oleh pengembang dan pengguna potensial. Pengujian prototipe dilakukan untuk memastikan bahwa prototipe berfungsi dengan baik dan memenuhi persyaratan pengguna. Tahap keempat dalam prosedur evaluasi prototyping adalah pengembangan prototipe. Pengembangan prototipe dilakukan berdasarkan umpan balik yang diterima selama evaluasi awal. Tujuan dari pengembangan prototipe adalah untuk membuat produk yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna. Tahap kelima dalam proses evaluasi prototyping adalah evaluasi lanjutan. Tahap ini melibatkan pengujian prototipe oleh pengguna potensial yang lebih besar. Evaluasi lanjutan memungkinkan pengembang untuk memperoleh umpan balik lebih banyak dan lebih terperinci dari pengguna. Tahap terakhir dalam prosedur evaluasi prototyping adalah perbaikan produk. Perbaikan produk dilakukan berdasarkan umpan balik yang diterima selama evaluasi lanjutan. Setiap tahap dalam prosedur evaluasi prototyping memiliki prosedur yang berbeda dan penting untuk diikuti. Hal ini memastikan bahwa produk yang dibuat sesuai dengan persyaratan pengguna dan memenuhi tujuan bisnis. Evaluasi prototyping memungkinkan pengembang untuk menguji produk sebelum diperkenalkan ke pasar, sehingga dapat meminimalkan risiko kegagalan produk saat diperkenalkan ke pasar.